Berinvestasi adalah kegiatan investasi dengan berbagai tingkat risiko. Ada investasi berisiko rendah, sedang, dan tinggi. Sebelum memutuskan untuk memulai investasi, perlu diketahui bahwa masih ada resiko dan peluang rugi dalam berinvestasi. Oleh karena itu, harus dikelola dengan baik dan bijaksana untuk memaksimalkan keuntungan.
Resiko investasi berbanding lurus dengan return atau keuntungan yang diterima. Jika risiko investasi tinggi, maka pengembaliannya tinggi. Istilah ini dikenal dengan istilah “high risk, high reward”.
Namun, itu tidak berarti bahwa investasi berisiko rendah tidak akan membuahkan hasil. Investasi berisiko rendah sangat bagus untuk mereka yang menginginkan hasil awal. Hal ini tentu saja membutuhkan kesabaran dan waktu yang lama untuk menuai keuntungan yang maksimal.
Sisi positif dari investasi berisiko rendah adalah investor tidak perlu khawatir akan kerugian, analisis yang luas, atau pengetahuan yang terbatas. Karena itu, sangat cocok untuk investor yang sibuk atau pemula. Jika Anda ingin berinvestasi dalam risiko, berikut ini adalah opsi yang cocok:
1. Investasi Deposito
Deposito investasi adalah sarana investasi berisiko rendah di industri perbankan. Karena resiko yang datang hanya berupa penurunan suku bunga yang disebabkan oleh kebijakan Bank Indonesia (BI) dan perbankan.
Deposito merupakan produk investasi paling umum yang banyak diketahui orang. Bisa dibilang ini adalah produk investasi yang paling aman. Hal ini karena uang yang disimpan dalam deposito tersebut telah dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Secara umum, suku bunga deposito lebih tinggi daripada tabungan. Jumlah suku bunga juga bervariasi, tergantung pada jangka waktu dan nilai simpanan. Biasanya, suku bunga deposito antara 4-7%.
Minimal deposit bervariasi mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 10 juta. Adapun jangka waktu deposit umumnya 1-24 bulan. Dana yang disimpan dalam deposito berjangka tidak dapat ditarik sewaktu-waktu, dan harus menunggu jatuh tempo 1, 3, 6, 12 atau 24 bulan yang disepakati kedua belah pihak.
2. Investasi Obligasi Pemerintah
Berinvestasi pada obligasi pemerintah, seperti ORI, sukuk, SBR, dll., adalah investasi berisiko rendah lainnya. Hanya risiko likuiditas. Sebagai contoh, investasi ORI memiliki risiko likuiditas karena penjualan ORI sebelum jatuh tempo. Sulit untuk menjual ORI dengan harga yang wajar di pasar sekunder.
Bahkan dengan investasi SBR. Investasi ini berisiko likuiditas karena tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder, atau hanya dapat dipegang oleh pembeli pertama.
3. Investasi Valuta Asing (Valas)
Penanaman modal valuta asing adalah kegiatan penanaman modal melalui pembelian mata uang asing. Beli saat harga rendah dan jual saat harga naik.
Selisih harga ini bisa dimanfaatkan untuk keuntungan Anda dalam berinvestasi forex. Semudah kelihatannya, berinvestasi valuta asing mengharuskan Anda untuk rajin mengamati pergerakan nilai tukar, karena nilainya cenderung berfluktuasi.
4. Investasi Tabungan Berjangka
Berinvestasi melalui tabungan biasa tidak jauh berbeda dengan menabung pada umumnya. Bedanya, tabungan biasa memiliki masa penarikan. Oleh karena itu, dana yang sudah termasuk dalam tabungan biasa tidak dapat ditarik sewaktu-waktu.
Seperti deposito, LPS juga menjamin penghematan waktu. Risiko yang terlibat relatif kecil. Meski tingkat pengembalian atau tingkat bunga yang ditawarkan tidak terlalu tinggi, produk investasi ini bisa menjadi pilihan dana tabungan yang disiplin.
Karena dana tidak dapat ditarik sewaktu-waktu, tabungan reguler cocok untuk Anda yang memiliki rencana jangka panjang, seperti pensiun, membeli rumah, membeli kendaraan bermotor, dan lain sebagainya.
5. Investasi Reksa Dana
Investasi reksa dana adalah sarana investasi berisiko rendah berikutnya yang sangat cocok untuk pemula. Hal ini karena reksa dana dianggap berisiko rendah dan menawarkan imbal hasil, meski imbal hasil yang ditawarkan tidak besar. Selain itu, modal awal untuk mulai berinvestasi reksa dana bisa dibilang murah. Hanya dengan modal Rp 10.000, Anda sudah bisa membeli produk reksa dana. Selain itu, reksa dana juga dibebaskan dari pajak penghasilan (PPh).
Dari beberapa jenis reksa dana tersebut, yang paling tidak berisiko adalah investasi pada reksa dana pasar uang dan reksa dana pendapatan tetap. Namun, ia memiliki hasil yang relatif rendah dalam jangka pendek. Beberapa dari mereka dapat menawarkan pengembalian tinggi dalam jangka pendek, tetapi dengan risiko yang cukup besar.
Namun, rutinitas reksa dana juga bisa berfungsi seperti tabungan. Sederhananya, jika Anda menyetor uang (tabungan) ke reksa dana secara rutin setiap bulan, maka hasil investasi yang diberikan juga akan maksimal. Itu sebabnya investasi reksa dana cenderung berjangka panjang.
6. Investasi Tabungan Berjangka
Berinvestasi melalui tabungan biasa tidak jauh berbeda dengan menabung pada umumnya. Bedanya, tabungan biasa memiliki masa penarikan. Oleh karena itu, dana yang sudah termasuk dalam tabungan biasa tidak dapat ditarik sewaktu-waktu.
Seperti deposito, LPS juga menjamin penghematan waktu. Risiko yang terlibat relatif kecil. Meski tingkat pengembalian atau tingkat bunga yang ditawarkan tidak terlalu tinggi, produk investasi ini bisa menjadi pilihan dana tabungan yang disiplin.
Karena dana tidak dapat ditarik sewaktu-waktu, tabungan reguler cocok untuk Anda yang memiliki rencana jangka panjang, seperti pensiun, membeli rumah, membeli kendaraan bermotor, dan lain sebagainya.
7. Investasi Emas
Investasi emas merupakan salah satu sarana investasi favorit semua kalangan dan generasi. Mulai dari anak muda, orang tua, ibu rumah tangga hingga pejabat, pengusaha. Emas selalu menjadi aset kekayaan favorit orang. Selain dianggap paling aman, nilai emas juga relatif stabil bahkan meningkat setiap tahunnya. Juga, emas tersedia dalam banyak varietas dan dapat disimpan dalam bentuk batangan atau perhiasan.
Investasi emas dikenal sebagai investasi safe-haven, yang tidak terpengaruh oleh inflasi dan krisis. Meski begitu, investasi emas tetap memiliki risiko seperti jatuhnya harga, meski tidak serendah saham, namun memiliki potensi rebound yang besar.
Modal yang dibutuhkan untuk investasi emas juga relatif murah, dengan tingkat pengembalian tahunan 10-12%. Terlebih lagi, emas bisa dijual kapan saja, jadi Anda tidak akan terburu-buru saat membutuhkannya.
8. Investasi Peer to Peer Lending (P2P)
Investasi peer-to-peer lending adalah investasi pada perusahaan pinjaman online. Produk investasi ini belum dikenal yaitu fintech peer-to-peer lending (P2P Lending). Pilihan investasi ini merupakan platform yang memfasilitasi pemilik dana (investor) untuk dapat meminjamkan dana kepada debitur/peminjam secara online. Oleh karena itu, peminjam tidak perlu repot pergi ke bank tradisional.
Sederhananya, Anda menjadi pemberi pinjaman atau pemberi pinjaman, dan uang yang Anda masukkan akan dimainkan oleh perusahaan pemberi pinjaman peer-to-peer untuk memberikan pinjaman kepada peminjam. Perusahaan pemberi pinjaman peer-to-peer menawarkan platform atau aplikasi khusus yang menghubungkan Anda sebagai pemberi pinjaman dengan peminjam. Risiko investasi peer-to-peer terbatas hanya jika peminjam gagal bayar.
Biasanya, fasilitas ini digunakan oleh UMKM yang ingin mengembangkan usahanya. Namun, ada juga masyarakat yang mengajukan pinjaman untuk keperluan mendesak, seperti biaya pengobatan, pendidikan, atau hal lain yang tidak bisa ditunda. Selain sederhana, terobosan ini juga menarik karena peminjam tidak perlu khawatir dengan syarat pinjaman yang rumit dan berubah-ubah.
Bagi investor, platform berbasis online ini sangat menarik karena return yang ditawarkan juga cukup besar. Selain itu, platform ini diatur oleh OJK, dan baik pemilik maupun peminjam dana tidak perlu khawatir dengan transaksi “palsu”. Belum lagi platform pinjaman P2P akan menyaring profil peminjam secara ketat, yang akan sangat mengurangi risiko gagal bayar di masa mendatang.
9. Investasi Obligasi Pemerintah
Berinvestasi pada obligasi pemerintah, seperti ORI, sukuk, SBR, dll., adalah investasi berisiko rendah lainnya. Hanya risiko likuiditas. Sebagai contoh, investasi ORI memiliki risiko likuiditas karena penjualan ORI sebelum jatuh tempo. Sulit untuk menjual ORI dengan harga yang wajar di pasar sekunder.
Bahkan dengan investasi SBR. Investasi ini berisiko likuiditas karena tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder, atau hanya dapat dipegang oleh pembeli pertama.
10. Investasi Valuta Asing (Valas)
Penanaman modal valuta asing adalah kegiatan penanaman modal melalui pembelian mata uang asing. Beli saat harga rendah dan jual saat harga naik.
Selisih harga ini bisa dimanfaatkan untuk keuntungan Anda dalam berinvestasi forex. Semudah kelihatannya, berinvestasi valuta asing mengharuskan Anda untuk rajin mengamati pergerakan nilai tukar, karena nilainya cenderung berfluktuasi.
11. Investasi Barang Antik
Mengoleksi barang antik, selain sebagai sarana melampiaskan minat, sebenarnya bisa dijadikan ladang investasi. Pasalnya, harga barang antik relatif tinggi, terutama barang antik langka. Jenis investasi ini juga memiliki risiko yang relatif rendah, selama komoditas yang diinvestasikan dirawat dan dirawat dengan baik.
12. Investasi Properti
Produk investasi yang tidak pernah sepi peminat adalah real estate. Pasalnya, setiap tahun harganya selalu naik. Selain itu, permintaan akan properti juga semakin meningkat.
Untuk memulai investasi, Anda membutuhkan modal yang cukup besar mulai dari puluhan juta hingga miliaran rupiah. Namun, ini sebanding dengan apa yang akan dijual properti di masa depan. Belum lagi apakah properti yang dimiliki bisa disewakan, yang masih bisa menghasilkan keuntungan yang lumayan.
Risiko yang terkait dengan produk investasi ini juga relatif kecil. Asalkan Anda memilih mitra dengan hati-hati dan bijak, Anda bisa terhindar dari berbagai kemungkinan kerugian yang diakibatkan oleh penipuan, pemalsuan surat atau sertifikat, bahkan developer palsu.